Sabtu, 05 September 2009

PERAN PEMUDA ISLAM


PERAN PEMUDA ISLAM

Kadang gerakan pemuda berhenti masalah dana. Itu biasa terjadi di mana-mana dan di setiap waktu. Dan bukan hanya di Indonesia, di Negara lain juga sama. Tapi meskipun tidak mempunyai materi melimpah, tapi semuanya telah disusun dan dirancang serta dilaksanakan oleh pemuda. Pemuda boleh miskin materi, tapi dia jiwanya kaya, sehingga dia tidak menyerah dan mengeluh. Mereka tidak mengorbankan iffah dan kehormatan dirinya hanya untuk meminnta-minta. Karena pemuda perintis dan pelopor yang berhasil adalah mereka yang bermental baja.
Modal pertama adalah moral dan spiritual, mungkin landasan moral dan spiritual pergerakan salah, tetapi pasti punya semangat. Apalagi kita yang memepunyai moral dan spiritual yang benar, bersumber dari Allah swt. Kekuatan moral dan spiritual yang benar akan melahirkan azam yang kuat dan iradah qawiyah. Bahkan orang yang muda akan bergairah terus, karena landasan moral dan spiritual yang benar.
Modal kedua adalah intelektual, Allah merangsang manusia melalui ayat-ayat Al-Qur’an yang menyatakan, ‘afala ta’qilun, ‘afala yatafakkarun, otak manusia yang terpakai hanya 5 % dari volume otak yang sebenarnya. Apalagi otak orang indonesia yang mungkin tidak sampai batas maksimal itu.
Modal yang ketiga adalah Ideologi, dengan ideologi ini pemuda dapat mempunyai visi dan misi yang jelas. Ini merupakan karunia dari Allah kepada kita berupa pemikiran paripurna, dan mempunyai pandangan yang jauh ke depan. Di masa sulit pemuda juga masih menjadi pelopor dan perintis dalam kejelasan ideologi.
Modal yang keempat adalah manhaj, Allah tidak hanya memerintahkan kita, tetapi juga konsepsi dan landasan operasional. Shalat dan haji memang diperintahkan oleh Allah, tapi pelaksanaanya harus mengikuti rosululllah. Dalam berjihad pun harus mengikuti rasulullah. Qudwah kepada rasulullah adalah kebutuhan, bukan sekedar kewajiban, karena tanpa rasulullah islam tidak akan bisa jalan. Rasulullah mengajarkan kepada kita dakwah dengan cara yang jelas.
Modal kelima adalah kefitrahan, agama islam adalah modal yang besar. Karena sesuai dengan fitrah manusia. Kita harus yakin bahwa pergerakan yang menentang fitrah manusia berarti menentang kehendak Allah. Jika perjuangan islam kompak dengan perjuangan alam, maka akan berhasil. Berjuang tanpa fitrah alam akan gagal, karena ini sudah hukum yang bersifat baku dan tetap. Ini adalah modal yang besar walupun kita tidak merasakannya, padahal Allah memberikan bantuan alam kepada kita sangat banyak. Misalnya bekerja dalam hujan tapi tidak masuk angin, tetapi malah menyegarkan. Jika kita adalah jundullah dan sesuaikan jundiyah kita dengan jundiyah angin, binatang, pohon, dan lainnya. Rasulullah sering dibantu dengan jundi alam juga. Bahkan pada saat menyebrang sungai, sambil berkata: “ wahai air kita sama-sama jundullah, bantulah kami karena sedang melaksanakan tugas. “ Akhirnya air yang dalam dan deras tadi menjadi dangkal dan tenang untuk dilewati.
Modal keenam adalah modal institusional. Kerja kita adalah kerja jama’ah yang banyak orang tidak melakukannya. Kita memperoleh banyak dukungan dari proses jama’i ini, seperti thawashau bil haq dan thawashau bis shobri. Itu hanya bisa dilakukan dengan jamaah, karena saling mengingatkan itu diperlukan dalam gerakan agar tidak tergelincir. Ba’duhum awliya’u ba’din. Kritik dan peringatan itu perlu.
Modal ketujuh adalah material, Allah telah banyak memberikan modal ini, antara lain adalah alam semesta dan seisinya, mungkin kita belum bisa menggunakanya dengan baik. Bahkan dalam surat Al-Hajj ayat 31, Allah berfirman, “Telah aku datangkan segala apa yang kamu butuhkan”. Dan karena sikap kita yang belum bisa mengunakannya dengan baik, sehingga tidak memiliki daya inofatif dan kreatif untuk memanfaatkanya. Menyadari dan mensyukuri nikmat Allah itu penting. Kita telah banyak menghirup udara yang telah disediakan oleh Allah. Kesadaran memiliki modal dasar itu penting demi iradah qawiyah dan azam yang tinggi.
Strageti awal dakwah adalah gerakan perubahan yang membutuhkan unsur perubahan. Karena kita membutuhkan banyak unsur perubahan, maka kita perlu mendapatkan akses dakwah pada pusat perubahan, yaitu pusat perubahan. Dalam tahap awal, pusat perubahan yang dipakai adalah wilayah ilmiyah, yaitu kampus-kampus dan sekolahan. Setelah itu, masyarkat umum, melalui masjid-masjid dan pengajian umum. Kampus dan sekolah pada dasarnya adalah milik umat. Dakwah dalam amal thullabi dilanjutkakn dengan amal mihani (dakwah profesi). Sebaiknya keduanya itu disatukan kekuatannya, karena kemampuan profesional harus dimulai sejak awal.
Dakwah profesi terdiri dari dakwah dikalangan perusahaan dan pengembangan profesi. Tetapi perusahaan-perusahaan umum itu sulit untuk dijadikan lembaga perjuangan. Sehingga hanya karir, pekerjaan, rekrutmen, dan pengembangan kafa’ah saja. Itulah yang bisa dijadikan untuk lembaga perjuangan. Tetapi ternyata lembaga-lembaga itu lemah dalam perjuangan. Hanya tempat kumpul-kumpul, bagi-bagi proyek, dan kadang-kadang peningkatan kafa’ah saja. Dan ini tidak terjadi di Indonesia saja, tetapi terjadi di mana-mana.
Dakwah Islam memandang situasi itu sebagai sesuatu yang besar, bahkan keharusan perjuangan. Di Mesir, tahun 1960-1970 an, aktivitas kemahasiswaan berjaya dan memasuki dakwah profesi. Lembaga-lembaga profesi yang sebelumnya lemah, maka sepuluh tahun kemudian menjadi kuat dan hampir 90% organisasi profesi dikuasai oleh aktivis dakwah. Ikhwan dan akhwat yang masuk ke lembaga profesi harus kompetitif, jujur dan amanah. Aktivis Kristen Koptik di Mesir pun mengakui kepemimpinan aktivis dakwah yang dinilai paling amanah dan memiliki semangat perjuangan.
Jika ada bencana alam, gempa bumi, kebakaran dan sebagainya, aktivis selalu terdepan bersama masyarakat membantu korban. Itu semua adalah hasil dakwah thullabi yang dilanjutkan dakwah profesi. Yang lebih penting di ‘mihwar muassasi’ ini, tanpa pengembangan profesi akan sulit, karena membutuhkan para ahli dalam bidangnya yang bisa menjawab dan menjelaskan sesuatu melalui aturan Islam. Konsep-konsep Islam dirumuskan dan dilaksanakan sebagai solusi bagi persoalan bangsa ini. Semuanya itu mengharuskan kita, mau tidak mau, untuk terjun dalam lembaga profesi.


Sejak dahulu, para nabi dan rasul telah diutus untuk menyampaikan wahyu Allah dan syariatnya kepada manusia. Dan para rasul itu berasal dari kalangan pemuda yang usianya genap delapan belas tahun, dan sudah diberi kemampuan luar biasa dalam beragumen dan berdebat.
Misalnya nabi Ibrahim, dalam alqur’an, nabi Ibrahim adalah pemuda yang sering berdebat dengan kaumnya. Menentang peribadatan dengan berhala-berhala yang tidak bisa bicara dan memberi manfaat. Selain itu juga ashabul kahfi yang tergolong pengikut nabi Isa. Mereka adalah anak-anak muda yang menolak kembali ke agama nenek moyangnya. Kemudian mereka mengasingkan diri dari masyarakat dan berlindung di suatu gua. Dan jumlah mereka tujuh orang.
Dalam surat Al-Kahfi, yang diantaranya :
“(Ingatlah) tatakala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua lalu mereka berdoa : “Wahai tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisiMu dan sempurnakkanlah bagi kamipetunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini)” (QS Al-Kahfi : 10)

“Kami ceritakan kisah mereka kepadamu Muhammad dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhsn mereka (Sang Pencipta), dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk.” (QS Al-Kahfi : 13)

Potensi besar pemuda dalam kehidupan masyarakat

Pemuda seperti pelajar atau mahasiswa merupakan tonggak dan otensi besar suatu kehidupan, karena selain diharapkan oleh umat, peranan mereka sangat didambakan oleh kelompok masyarakat lainnya sebagai pionir perubahan ke arah yang lebih baik. Posisi mereka sebagai pelajar atau mahasiswa memang menjadi peluang bagi mereka untuk mengembangkan potensi sebesar-besarnya. Sebagian sahabat rasulullah dalam memperjuangkan islam yang akhirnya berhasil menguasai lebih dari dua pertiga belahan bumi adalah para pemuda yang menjadi murid rasulullah.
Masa muda adalah jenjang kehidupan manusia yang paling optimal. Dengan kematangan jasmani, akal dan perasaanya. Sangat wajar jika pemuda memiliki potensi yang besar dibandingkan dengan kelompok manusia yang lainnya. Pemuda adalah agen perubahan, jika masyarakat terkungkung oleh tirani dan kebodohan, maka pemuda adalah motor penggerak kemajuan.
Namun potensi tinggalah potensi. Ibarat pedang yang sangat tajam, ketajamannya tidak menjadi bermanfaat tidaknya pedang tersebut. Yang menentukan adalah orang yang mengenggam pedang tersebut. Pedang tersebut bisa digunakan untuk menumpas kebaikan dan mengibarkan kemaksiatan, apabila di pegang oleh orang yang salah atau tidak bertanggung jawab. Tetapi kalau pedang tersebut di pegang oleh orang yang bertanggung jawab, maka ketajaman pedang tersebut akan membawa manfaat. Begitu juga dengan potensi pemuda, potensi yang hebat tersebut dapat dipergunakan untuk menjunjung tinggi kebaikan, bisa juga untuk memperkokoh kejahatan. Itulah sebabnya begitu banyak pemuda yang berjasa menjadi pilar penentu kemajuan suatu peradaban, tapi banyak juga yang mengakibatkan runtuhnya sendi-sendi peradaban, dan menghancurkan kemuliaan.
Potensi yang dimiliki oleh pemuda harus diarahkan untuk memperkuat nilai-nilai kebaikan. Seorang pemuda muslim tentunya berada di depan untuk memperjuangkan nilai-nilai islam. Seorang pemuda islam tidak pantas kalau hanya berpangku tangan dan malas-malasan di tengah kemunduran umat. Dan jangan sampai menjadi penghalang kemajuan islam.
Di kampus-kampus, secara umum kita menemukan adanya beberapa kelompok mahasiswa muslim yang pemahaman dan kecenderungan relatif berlainan. Citra dan cita-cita mereka juga relatif berbeda sesuai dengan landasan pemikiran yang mendasarinya.
Kelompok pertama, mereka merasa tidak puas dengan kondisi sekarang, kemuddian melakukan berbagai perubahan. Mereka berfikir, sistem kehidupan sekarang menjadikan mereka sengsara. Arah perubahan yang mereka inginkan ada yang tidak terlepas dari format ideologi kapitalis, ada juga yang terpengaruh ideologi sosialis.
Banyak mahasiswa muslim yang juga memperjuangkan paham-paham tersebut. Diantara mereka ada yang mengukutinya karena ikut-ikutan saja, atau karena kebodohannya, dan ada juga yang memang benar-benar ingin memperjuangkannya. Akibatnya, secara tidak langsung mereka akan menjadi agen-agen dalam menyebarkan paham-paham yang sebenarnya merupakan racun bagi kaum muslimin.
Kelompok kedua adalah yang mereka cuek dengan kondisi kehidupan masyarakat. Yaitu mereka yang tidak peduli dengan penderitaan dan kesengsaraan masyarakat. Bagi mereka yang penting dirinya selamat. Setiap manusia berfikir untuk menyelamatkan diri sendiri, dan akhirnya tidak pedulli dengan kondisi lingkungannya. Menurut mereka yan penting bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan tidak merugikan orang lain. Bagi mereka pacaran tidak menjadi masalah yang penting tidak hamil dan tidak menimbulkan masalah. Kelompok ini memang benar-benar ingin menikmati hidup tentram dalam kondisi sekarang ini. Mereka tidak peduli walaupun kenikmatan hidupnya didapatkan di atas kesengsaraan orang lain.
Bagi kelompok ini ‘keberhasilan studi’ menjadi cita-cita yang paling tinggi. Dan kehidupan ini hanya berkisar antara rumah dan kampus. Angan-angan mereka kalau sudah lulus adalah mendapatkan pekerjaan yang mantap, gaji yang besar dan istri yang cantik, fasilitas yang mewah, anak-anak yang lucu dan manis. Bagi mereka, ‘aku, istriku, anak-anakku, dan keluargaku ‘aman’.
Kehidupan seperti ini dilarang oleh islam, karena dalam islam tidak ada sistem kehidupan yang individualis. Islam tidak membeda-bedakan. Semuanya bertanggung jawab pada kondisi lingkungannya. Rasulullah mengingatkan :
“Barang siapa bangun pagi hari dan hanya memperhatikan masalah dunianya, maka orang tersebut tidak berguna apa-apa di sisi Allah. Barang siapa tidak pernah memperhatikan urusan kaum muslimin yang lain, maka tidak termasuk golonganku”. (HR. Thabrani dari Abu Dzar Al-Ghifari)
Kelompok yang ketiga adalah mereka yang terbius sehingga terjerumus dalam bejatnya system kehidupan masa kini. System kapitalis yang mengagung-agungkan materi telah menghilangkan nilai-nilai kehidupan lainnya. Baik nilai kemanusiaan, akhlaq, dan keagamaan. Dan yang terjerumus dalam system ini sangat banyak. Contohnya adalah, sekarang banyak mahasiswa yang memakai barang terlarang, dan malah ada yang menjadi pengedar yang berskala internasional.
Mereka yang terjerumus dalam seks bebas tidak kalah mengerikan. Hasil dari FKM UNAIR menyebutkan bahwa pengidap AIDS sebagian besar kalangan remaja. Dari 100 remaja yang diteliti, FKM menyimpulkan bahwa 22,9 % remaja usia 15 – 19 tahun telah terkena virus HIV/AIDS, sedangkan remaja usia 20 – 24 tahun yang terjangkit mencapai 77,1 %. Tawuran remaja yang merupakan trend remaja-remaja SMU, kini sudah diikuti oleh mahasiswa di perguruan tinggi. Bahkan ada yang mahasiswa yang intelektual juga ada yang melakukan tawuran sesama mereka. Kasus aborsi, skandal, seks bebas, perampokan dan tindak criminal lainnya banyak dilakukan oleh pemuda.
Kelompok ke empat adalah mereka yang peduli lingkungan dan sadar akan kerusakan system yang ada karena tidak diberlakukannya aturan islam dalam kehidupan. Mereka melakukan perjuangan dakwah dan menyeru umat untuk kembali kepada islam. Meskipun jumlahnya sedikit tapi peranan mereka sangat diharapkan untuk melakukan perubahan kehidupan yang mengarah kepada keislaman.
Sekarang di perguruan tinggi dan sekolah perkembangan mereka sangat menggembirakan. Bahwa berjilbab itu wajib bagi muslimah. Tetapi sungguh menyedihkan kalau mahasiswi islam tidak memahami kalau berjilbab itu adalah kewajiban. Dan kalau itu dilalaikan maka Allah akan menurunkan azab yang sangat pedih. Dan sekarang juga sudah banyak gerakan-gerakan kebangkitan islam di berbagai perguruan tinggi. Meskipun masih ada perbedaan tentang visi dan metode yang mereka lakukan. Tapi kelompok ini adalah kelompok yang didambakan umat untuk menuju kehidupan yang mulia. Umat islam tidak akan bangkit kalau mengambil aturan-aturan yang tidak berasal dari islam.
Islam tidak akan maju kalau kita hanya memerhatikan kepentingan pribadi. Islam hanya akan bangkit dari orang-orang yang ikhlas mewakafkan kehidupannya demi tegaknya islam. Islam akan jaya ditangan mereka walau bagai memegang bara api. Walaupun secara materi mereka agak kurang, tetapi perjuangan mereka tidak pernah rendah, karena mereka mendambakan surga yang dijanjikan oleh Allah.

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka”. (QS. At-Taubat : 111).

Dan ini adalah kenyataan para pemuda pada saat ini. Citra keislaman mereka telah dihilangkan oleh budaya-budaya asing yang menghancurkan cita-cita mereka. Cinta mereka adalah kasih sayang semu, cinta produk manusia. Cinta lahir dari nafsu yang hanya kenikamatan sementara. Cinta yang berakhir dengan kesengsaraan dan kegersangan.
Tetapi masih ada juga pemuda pemudi yang masih teguh dan mempertahankan citra mereka yang hakiki sebagai muslim dengan teguh dan sekuat tenaganya. Merekalah the real agent of change. Maka kita memang harus memperjuangkan islam. Walaupun kita mempunyai materi yang kurang, tetapi perjuangan kita tidak boleh menurun. Dan jangan sampai kita hanya memikirkan diri sendiri, sedangkan orang lain membutuhkan kita.